PARTAI Nasional Demokrat (Nasdem) di Jakarta optimistis mampu meraih
sebanyak 20 kursi di DPRD DKI Jakarta. Dengan kata lain bisa melahirkan
dua kursi di setiap daerah pemilihan (dapil) wilayah Ibukota. Sikap
optimistis itu muncul dengan latar belakang sebagai partai baru dan
memiliki peluang besar menjadi pilihan masyarakat.
Sekretaris DPW Nasdem DKI Jakarta Inggard Jhosua menegaskan, pihaknya membawa harapan baru akan suatu perubahan besar di Jakarta, yakni menuju ke arah yang lebih baik. Namun untuk mewujudkan hal itu melalui slogan restorasi (penataan kembali), dibutuhkan dukungan besar dari masyarakat untuk memperolehan 20 kursi di Kebon Sirih.
"Kalau jumlahnya kecil, maka tidak mungkin membentuk fraksi besar untuk membawa pada perubahan yang lebih baik," Inggard seperti diberitakan INDOPOS, Minggu (23/6).
Adanya harapan untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat, kata mantan pentolan Partai Golkar DKI itu, lantaran parpol yang ada di Jakarta selama ini belum mampu melakukan restorasi. "Banyak hal yang belum optimal di DKI. Seperti mengatasi masalah kemacetan, masalah kawasan banjir, pemukiman kumuh, memerangi premanisme. Penegakan hukum belum secara benar dan nyata," tandas Inggard.
Untuk mewujudkan perubahan itu, sambung lelaki berkacamata itu, Nasdem DKI menerjunkan 70 persen generasi muda yang masuk dalam daftar caleg sementara (DCS). "Para caleg muda itu di bawah usia 45 tahun. Caleg-caleg kami tidak dipungut biaya sepeser pun. Justru caleg dilengkapi dengan logistik berupa atribut dan bendera. Jadi ketika duduk di legislatif tidak akan dijadikan mesin uang oleh partai," tutur Inggard.
Bukti adanya keinginan menuju perubahan yang lebih baik terlihat dari sejumlah politisi pindah ke Nasdem DKI. Bahkan para caleg dari parpol lain rela menanggalkan jabatannya sebagai anggota DPRD DKI periode 2009-2014. "Kalau saya berani meninggalkan Golkar, ada juga Maringan Pangaribuan dan Budi Santoso yang sebelumnya politisi di PDI Perjuangan dan melepas jabatan anggota DPRD DKI untuk pindah ke Nasdem," terangnya.
Dirinya juga menilai bahwa banyaknya politisi yang pindah ke Nasdem menunjukkan bahwa partai tempat bernaungnya selama ini belum bisa membuat pengaruh besar dalam perubahan bagi masyarakat. "Makanya masyarakat harus gunakan hak pilih yang benar, jangan salah pilih. Lihatlah siapa figur partai. Sebab partai hanya kendaraan politik, tergantung pengemudinya," sindir Inggard.
Bahkan Inggard mengaku bahwa pengunduran dirinya dari Partai Golkar lantaran mau memberikan kesempatan kepada sejumlah politisi di partai berlambang pohon beringin itu. Selain itu juga ingin menguji kemampuan politik. "Ini bisa dilakukan di Nasdem," tambahnya.
Caleg Nasdem DKI Maringan Pangaribuan menuturkan, meninggalkan PDI Pejuangan lantaran untuk mengetahui hal-hal baru. Sebab walaupun telah lama bernaung di partai berlambang banteng, namun merasakan adanya nilai perjuangan yang terputus. "Sangat terasa ada hal yang terputus, entah hal itu terjadi karena eforia, sehingga dianggap sudah tak perlu lagi," tegas dia.
Selain itu, Maringan juga menyayangkan pemberlakuan aturan di PDI Perjuangan terkait dengan pembatasan tiga kali periode duduk di lembaga wakil rakyat. "Ada SK (surat keputusan) di yang tak diatur undang-undang, kalau sudah tiga periode tak bisa lagi. Padahal masyarakat melihat figur di partai. Katanya saya bisa naik ke DPR RI, tapi kenyataannya tidak mendapatkan dapil," sesalnya.
Hal senada juga diungkapkan Caleg DPRD Jakarta Pusat Budi Santoso. semula dirinya enggan maju sebagai caleg di Pemilu 2014. Namun keberadaan Nasdem sebagai partai baru membuka harapan baru bagi dirinya. "Walaupun sudah 15 tahun lebih di PDI Perjuangan, tapi saya putuskan berhenti. Saya dapat banyak tawaran dari partai lain, tapi saya tolak. Namun karena Nasdem masih baru, maka saya mau bergabung. Selama ini saya melakukan kontrak dengan konstituen," tukasnya. (rul)
Sekretaris DPW Nasdem DKI Jakarta Inggard Jhosua menegaskan, pihaknya membawa harapan baru akan suatu perubahan besar di Jakarta, yakni menuju ke arah yang lebih baik. Namun untuk mewujudkan hal itu melalui slogan restorasi (penataan kembali), dibutuhkan dukungan besar dari masyarakat untuk memperolehan 20 kursi di Kebon Sirih.
"Kalau jumlahnya kecil, maka tidak mungkin membentuk fraksi besar untuk membawa pada perubahan yang lebih baik," Inggard seperti diberitakan INDOPOS, Minggu (23/6).
Adanya harapan untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat, kata mantan pentolan Partai Golkar DKI itu, lantaran parpol yang ada di Jakarta selama ini belum mampu melakukan restorasi. "Banyak hal yang belum optimal di DKI. Seperti mengatasi masalah kemacetan, masalah kawasan banjir, pemukiman kumuh, memerangi premanisme. Penegakan hukum belum secara benar dan nyata," tandas Inggard.
Untuk mewujudkan perubahan itu, sambung lelaki berkacamata itu, Nasdem DKI menerjunkan 70 persen generasi muda yang masuk dalam daftar caleg sementara (DCS). "Para caleg muda itu di bawah usia 45 tahun. Caleg-caleg kami tidak dipungut biaya sepeser pun. Justru caleg dilengkapi dengan logistik berupa atribut dan bendera. Jadi ketika duduk di legislatif tidak akan dijadikan mesin uang oleh partai," tutur Inggard.
Bukti adanya keinginan menuju perubahan yang lebih baik terlihat dari sejumlah politisi pindah ke Nasdem DKI. Bahkan para caleg dari parpol lain rela menanggalkan jabatannya sebagai anggota DPRD DKI periode 2009-2014. "Kalau saya berani meninggalkan Golkar, ada juga Maringan Pangaribuan dan Budi Santoso yang sebelumnya politisi di PDI Perjuangan dan melepas jabatan anggota DPRD DKI untuk pindah ke Nasdem," terangnya.
Dirinya juga menilai bahwa banyaknya politisi yang pindah ke Nasdem menunjukkan bahwa partai tempat bernaungnya selama ini belum bisa membuat pengaruh besar dalam perubahan bagi masyarakat. "Makanya masyarakat harus gunakan hak pilih yang benar, jangan salah pilih. Lihatlah siapa figur partai. Sebab partai hanya kendaraan politik, tergantung pengemudinya," sindir Inggard.
Bahkan Inggard mengaku bahwa pengunduran dirinya dari Partai Golkar lantaran mau memberikan kesempatan kepada sejumlah politisi di partai berlambang pohon beringin itu. Selain itu juga ingin menguji kemampuan politik. "Ini bisa dilakukan di Nasdem," tambahnya.
Caleg Nasdem DKI Maringan Pangaribuan menuturkan, meninggalkan PDI Pejuangan lantaran untuk mengetahui hal-hal baru. Sebab walaupun telah lama bernaung di partai berlambang banteng, namun merasakan adanya nilai perjuangan yang terputus. "Sangat terasa ada hal yang terputus, entah hal itu terjadi karena eforia, sehingga dianggap sudah tak perlu lagi," tegas dia.
Selain itu, Maringan juga menyayangkan pemberlakuan aturan di PDI Perjuangan terkait dengan pembatasan tiga kali periode duduk di lembaga wakil rakyat. "Ada SK (surat keputusan) di yang tak diatur undang-undang, kalau sudah tiga periode tak bisa lagi. Padahal masyarakat melihat figur di partai. Katanya saya bisa naik ke DPR RI, tapi kenyataannya tidak mendapatkan dapil," sesalnya.
Hal senada juga diungkapkan Caleg DPRD Jakarta Pusat Budi Santoso. semula dirinya enggan maju sebagai caleg di Pemilu 2014. Namun keberadaan Nasdem sebagai partai baru membuka harapan baru bagi dirinya. "Walaupun sudah 15 tahun lebih di PDI Perjuangan, tapi saya putuskan berhenti. Saya dapat banyak tawaran dari partai lain, tapi saya tolak. Namun karena Nasdem masih baru, maka saya mau bergabung. Selama ini saya melakukan kontrak dengan konstituen," tukasnya. (rul)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar