Tak kenal maka
tak sayang untuk ke beberapa kalinya saya katakan untuk sebutan seseorang yang
sebelumnya saya tak kenal. Saat saya memutuskan untuk bergabung dengan Nasional
Demokrat saat itu pula tahun 2011 adalah
merupakan pertimbangan yang awalnya berdasarkan figur atau sosok pemimpin yang
saya tahu karena faktor adanya kesamaan suku serta peninggalan sisa karisma
leluhurnya. Pandangan yang sangat sempit ternyata setelah menyadari bahwa saya
berpikiran demikian saat itu. Setelah saya di pinjamkan sekeping DVD oleh Bapak
Riyanto
Sekretaris DPD Partai NasDem , bergetar bumi ini rasaya mendengar isi
Pidatonya, Sadar atau tidak sadar bahwa
kita telah menerima sejak kita lahir Jaman dimana semakin lunturnya nilai
Kebhinekaan kita yang semakin hari
semakin jarang di dengungkan atau di sebut sebut. Nasionalisme yang tersisa
telah di porak porandakan dengan politik pemecah belah (Devide It en vera) yang
pernah dilakukan oleh bangsa lain untuk menghancurkan bangsa kita dahulu sampai
sekarang. Sampai saat ini akhirnya yang tersisa hanya nilai Kebhinekaan kita
yang hanya sekedar retorika semata. Saat ini saya berumur 43 tahun era dimana
saat Orde Lama hanya tinggal kisah
cerita yang saya tidak pernah alami di jamannya, sehingga era Orde Barulah yang
ada dalam pemikiran Nasionalisme yang ada dalam otak saya saat ini. Entah dikarenakan
faktor pencucian otak yang dilakukan di era orde baru untuk menghapus semangat
nasionalisme di era orde lama ? saya tidak tahu. Yang pasti dari cerita heroik
dari para tetua tetua yang saya temui serta dari apa yang saya baca, dengar,
dan lihat di media baik itu cerita dokumenter masa lalu di jaman orde lama
yaitu era dimana Pendiri Bangsa Indonesia (Founding Father) kita Bapak Ir.
Soekarno hidup, saya sangat antusias ingin mengetahui, sampai akhirnya setelah
banyak sekali bahan bacaan yang masuk kedalam pemikiran otak saya, semangat nasionalisme itu tertular secara perlahan tapi pasti tanpa
bisa dihindari. Sosok tak kenal maka tak sayang kali ini yang saya maksud
adalah seorang yang mungkin hidup dimasa kecilnya dan tumbuh remaja menjadi
pemuda merasakan dua masa di jaman Orde
Lama dan juga di jaman Orde Baru. Pada kedua paradigma atau sudut pandang tersebut yang pasti akan menjadikan
perbandingan berat nasionalisme yang tumbuh dalam diri seseorang untuk
memutuskan menjadi nasionalisme demokrasi tanpa kepura puraan atau rekayasa. Hanya
dua orang dalam sejarah saya hidup mendengar orang berbicara dimimbar dengan
pidato yang menggelegar yang dengan
lantang serta gagah berani serta jujur tanpa kepura puraan berbicara tentang rencana
perubahan masa depan bangsa dan negara yang membuat bulu kudukku berdiri, membuat jantung berdegup penuh
semangat, membuat hati memutuskan untuk menyingsingkan lengan baju untuk
berpikir, berbuat sesuatu mewujudkan perubahan yang dimulai dari dalam diri
kita terlebih dahulu. Itulah sosok SECERCAH SINAR TERANG SANG SURYA yang
dihadang untuk mencuat kepermukaan
menyatukan semua visi anak bangsa. Boleh saya katakan dan anda setuju dengan
apa yang saya katakan setelah mendengar PIDATONYA yang menggelegar mengetuk
hati setiap anak bangsa di Republik Indonesia yang kita cintai ini. Boleh anda
beranggapan semua ini hanya propaganda akan tetapi sebelum itu saya berharap
siapapun untuk mendengar dia berbicara di atas mimbar sebagai seorang Negarawan
Bapak Surya Paloh bersumpah atas nama Yang Maha Kuasa dalam sisa hidupnya beliau
dedikasikan untuk dapat bersama sama melihat Gelombang Arus Besar Perubahan Indonesia baru bersama Partai
yang beliau dirikan sendiri yaitu PARTAI NASIONAL DEMOKRAT atau Partai NasDem Gerakan
Perubahan. Oleh Evry Sudharsono
Tidak ada komentar :
Posting Komentar